Ads Right Header

Makalah Team Work

Makalah Team Work - Hallo sahabat Situs Pendidikan Masa Kini - Patih Akbar, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Makalah Team Work, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Administrasi Perkantoran, MAKALAH, yang kami tulis ini dapat anda pahami. dengan mudah, selamat membaca.

Judul : Makalah Team Work
link : Makalah Team Work

Baca juga


Makalah Team Work



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain. Meskipun hidup berkecukupan, kecerdasan yang cukup dan kekuatan fisik yang cukup, ia akan selalu membutuhkan lingkungan dimana dia bisa berbagi, saling memberi support dan bergotong royong. Manusia tidak hanya membutuhkan agama, ilmu pengetahuan, atau hiburanatau kesenian, tetapi juga kebersamaan. Semuanya diperlukan. Karena dengan agama hidup lebih terarah, dengan pengetahuan hidup akan lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah dan dengan kebersamaan hidup akan lebih berfaidah.

Dalam definisi singkat, teamworkmerupakan serangkaian nilai, sikap dan perilaku dalam sebuah tim. Sehingga tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Untuk mencapai kerjasama tim yang baik perlu ditumbuhkan sikap positif di antara anggota tim. Antara lain kebiasaan untuk saling mendengarkan sehingga tercipta komunikasi yang baik, memberikan dukungan kepada anggota tim yang membutuhkan, dan apresisasi terhadap kontribusi dan pencapaian yang diperoleh dari setiap anggota tim.
Sebuah teamwork akan menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi. Sebab itu sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab dalam keorganisasian. Makalah ini akan membahas definisi teamwork, manfaat dan fungsi teamwork, jenis teamwork, perbedaan tim kerja dan kelompok kerja, peranan tim kerja, tahap perkembangan teamwork, dan dimensi dalam tim kerja.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi teamwork ?
2.      Apa saja jenis teamwork ?
3.      Apa saja peranan tim kerja ?
4.      Bagaimana tahap perkembangan teamwork ?
5.      Apa saja dimensi dalam tim kerja ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui definisi teamwork.
2.      Mengetahui jenis teamwork.
3.      Mengetahui peranan tim kerja.
4.      Mengetahui tahap perkembangan teamwork.
5.      Mengetahui dimensi dalam tim kerja.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Teamwork ( Kerjasama Tim)
Teamwork bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi yang paling populer di tim.
Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.
Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari teamwork. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu, bahkan dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang menyimpan pula perselisihan. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.
Keakraban tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akrab satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal.    Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota team.
Teamwork  merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan, selain itu ketrampilan dan pengetahuan yang beranekaragam yang dimiliki oleh anggota kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat teamwork lebih menguntungkan jika dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun.
Francis and Young (1979:72) menjelaskan sebuah tim sebagai sekelompok orang giat yang bekerja untuk meraih sasaran umum, di mana bekerja bersama dengan baik dan menikmatinya, dan menghasilkan hasil kualitas tinggi.
Johnson and Johnson’s (1991:116) mengartikan sebuah tim adalah seperangkat struktur hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan, sementara itu Huszczo (1990:40) mengemukakan pendapat bahwa teamwork merupakan lambungan gagasan dari satu orang ke orang lainnya dan mendatangkan solusi untuk permasalahan kritis, dan organisasi tersebut dimulai dengan mengambil strategi tim untuk bekerja dengan kompetisi.
Tarkenton (1986:30) menawarkan sebuah definisi praktis dari tim dengan memfokuskan dalam aktivitas khas dari “teamwork” : Teamwork memiliki arti bahwa kita mengenali nilai dari para anggota dari tim di luar hanya mengerjakan pekerjaan mereka, bahwa kita ingin mereka menjadi terlibat dalam strategi kita. Ini berarti mendorong level  kreativitas dan membuat keputusan lebih lanjut. Teamwork adalah terdiri dari berbagai macam kelompok kecil orang, setiap orang memiliki derajat yang sama dan penting dalam organisasi. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Cosgriffe dan Dailey (1969:43) yang menyatakan bahwa teamwork  merupakan perbuatan dua orang atau lebih yang bekerja sama ke arah tujuan umum, saling membagi waktu, bakat, dan pengetahuan dan menggunakan metode yang cocok untuk semua anggota tim.
Analisis ini mendefinisikan teamwork adalah kelompok yang berinteraksi terutama untuk berbagi informasi dan membuat berbagai keputusan untuk membantu setiap anggota bekerja di dalam area tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan bersama.








B.      Tipe-tipe  Teamwork
Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari enam jenis, yaitu:
1.      Tim Formal
Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari struktur organisasi formal.
2.      Tim Vertikal
Tim  vertikal  adalah  sebuah  tim  formal  yang  terdiri  dari  seorang  manajer  dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal.
3.      Tim Horizontal
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tetapi berasal dari area keahlian yang berbeda.
4.      Tim dengan Tugas Khusus
Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk di luar organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus.
5.      Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari lima hingga dua puluh orang pekerja dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota terpilih.

6.      Tim Pemecahan Masalah
Tim pemecahan masalah biasanya terdiri dari lima hingga dua belas karyawan yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.

Sedangkan menurut Hariandja (2006) ada tigatipe tim, yaitu:
1.      Problem Solving Team
Sebuah tim yang dibentuk untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam upaya memperbaiki produktivitas. Pada dasarnya, kegiatan tim ini adalah mengidentifikasikan berbagai masalah, mendiskusikan bagaimana memecahkan masalah tersebut dan melakukan tindakan untuk memperbaiki. Anggota tim biasanya berasal dari satu departemen yang beranggotidakan kurang lebih sepuluh orang yang melakukan pertemuan rutin setiap minggu.
2.      Self Managed Team
Sebuah tim yang dimaksudkan untuk memperbaiki produktivitas dengan memberikan kewenangan pada kelompok untuk mengatur kerja mereka misalnya menjadwal kerja, menentukan metode kerja, mengawasi anggota, memberi rewarddan hukuman bagi anggota dan merekrut anggota. Keanggotaan ini biasanya berasal dari satu departemen yang melakukan tugas yang sama.


3.      Cross Functional Team
Sebuah tim yang ditujukan untuk menyelesaikan tugas khusus, misalnya pengembangan produk baru atau perencanaan dan perubahan sistem kompensasi. Anggota tim ini berasal dari berbagai departemen yang memiliki keahlian dan orientasi yang berbeda dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Robbins (2008), tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya. Terdapat empatbentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu :
1.      Tim Problem Solving
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1t3DjGkID0m-ET1KH5dnuJ_9LYvVH27K44rbUalBvd3sreTyPn7gpOz8-p-0TKqOxQgx-lF3WIcpGk2jW3Xx7NEG1SmeJW9bCX63rR862WPqawz49ECnH5Fjz95pCWzbOay7rsyi2oUI/s400/5.PNG
Gambar 1. Tim Problem Solving versi Robbins
Kata tim mulai populer sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya serupa satu sama lain. Mereka umumnya terdiri atas empathingga dua belaspekerja yang dibayar per jam dari departemen yang sama dan saling bertemu beberapa jam setiap minggu untuk membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim seperti ini disebut Tim Problem Solving. Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan dan menawarkan saran seputar  proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar produktivitas dapat ditingkatkan.
Tim ini jarang diberikan otoritas secara unilateral (sendiri) untuk menerapkan saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai bentuk tim problem solvingadalah lingkaran kualitas. Tim problem solving merupakan tim kerja yangterdiri atas gabungan delapanhingga sepuluhpekerja dan supervisor.Mereka saling berbagi gagasan wilayah kewenangan dan bertemu secara teratur untuk mendiskusikan masalah kualitas pekerjaan mereka, menyelidiki sebab masalah, dan merekomendasikan penyelesaian.
2.      Tim Self-Managed Work
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhHsm6ipeedVIisx10RSu9RiJFXVTO0xR2LHugMjS9OXmHUDvAx8U40Hl7yv-DhrCcd-1meNgH8MMWvWGuIMGc6SFAcu9wb-2f9RbccI8wsSxP_PosSgNQoAGv7lyID7PQZ9atrZfzRHE/s1600/6.PNG
 Gambar 2. Tim Self-Managed Work versi Robbins
Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar, tetetapi mereka tidak beranjak jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam proses pembuatan keputusan (apalagi implementasi) yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Kekurangan ini mendorong eksperimen dari tim yang benar-benar otonom yang tidak hanya bercorak problem-solvingmelainkan juga menerapkan penyelesaian dan punya kewenangan penuh atas hasilnya.
Tim Self-Managed Work umumnya terdiri atas sepuluh hingga lima belas orang yang mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini termasuk kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan masalah organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif. Tim ini bahkan memilih sendiri anggotanya. Robbins mencontohkan Xerox, General Motors, Coors Brewing, PepsiCO, Hewlett-Packard, Honeywell, M&M/Mars, dan Aetna Life sebagai contoh sejumlah nama perusahaan populer yang telah mengimplementasikan konsep tim self-managed work. Perkiraan menyebutkan sekitar 30% pekerja Amerika Serikat menggunakan bentuk tim, dan diantara firma-firma besar, jumlah tersebut mendekati angka 50%.
3.      Tim Cross-Functional,
 Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPRTbcD_9-tBYqA_U0-ZEjIrmolqTWrgqUefB5-v1KNrovzXQsJNaLqjkym3yoH30sHZAHF3yTk1lln9yYLYJY4PHsqZwrjBic3zu-3hqH6VitMk3W5DXwhu52LdyGk84A9x8dyXo9a-k/s1600/7.PNG
Gambar 3.  Tim Cross-Functionalversi Robbins
Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset pemasaran di Minneapolis, Amerika Serikat secara historis telah mengorganisir departemen yang bersifat fungsional, tetetapi manajemen senior menyimpulkan bahwa departemen tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan yang berubah dari klien firma. Akibat dari hal tersebut, firma ini menggagas dibentuknya satu tim lintas departemen yang bertujuan meningkatkan komunikasi dan penelusuran catatan kerja, yang akan membawa pada peningkatan produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini mencerminkan Tim Cross-Functional. Tim ini terdiri atas pekerja dari tingkat hirarki yang serupa tetetapi beda wilayah pekerjaannya. Mereka bergabung bersama guna menyelesaikan suatu pekerjaan.

Robbins menyebutkan, banyak organisasi sudah menggunakan tim cross-functional seperti ini semisal IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-an yang terdiri atas pekerja lintas departemen dalam perusahaan guna mengembangkan Sistem 360 yang terbukti sukses. Gugus tugas tiada lain melainkan tim cross-functional yang sifatnya temporer. Namun, Robbins mencatat bahwa ledakan penggunaan tim cross-functionalkemudian juga terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh Toyota, Honda, Nissan, BMW, General Motors, Ford, dan DaimlerChrysler.
Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000 manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi informasinya guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan proyek dan memasarkan produk secara cepat ke pasar.  Ke-21 anggota dipilih karena mereka punya karakteristik yang serupa dimana mereka pernah berhasil memimpin proyek-proyek berjangka cepat. “Speed Team”, demikian julukan tim tersebut, bekerja selama 8 bulan saling berbagi informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek berjangka cepat dan lambat, dan mereka mampu melahirkan rekomendasi-rekomendasi seputar bagaimana IBM bisa mempercepat produksinya.





4.       Tim Virtual
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFuSF-bhbNgl708X6yBijO90KF4RbiaJXPO9PUejO-VPYsB7o2d5eaiXxqIcih79CIVZ0YeO-Xsy8bStZMjpZFG06TXLXxMbB6i7C5LKXmHJcsx8KI9MsfUBAcd3v7Mm4Lrbvpd_UXNZA/s1600/8.PNG
Gambar 4. Tim Virtual versi Robbins
Tim yang telah dibahas melakukan pertemuan face-to-face. Tim Virtual menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah secara fisik guna mencapai sasaran bersama. Teknik tersebut memungkinkan orang saling bekerjasama lewat metode online, kendati mereka dipisahkan yuridiksi negara bahkan benua.
Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal daripadatim lainnya terutama dalam hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan perampungan pekerjaan. Mereka terdiri atas para anggota dari organisasi yang sama ataupun hubungan anggota organ dengan para pekerja dari organisasi lain semisal supplier ataupun partner perusahaan.
Terdapat tiga faktor utama yang membedakan tim virtual dengan tim lain yang face-to-face, yaitu :
a)      Ketiadaan komunikasi lisan-fisik;
b)      Terbatasnya konteks sosial, dan
c)      Kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat.
Dalam komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal seperti nada suara, intonasi, dan volume suara serta nonverbal seperti gerak mata, roman muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh lainnya. Keduanya semakin menjelaskan komunikasi, tetetapi kini hal-hal tersebut nihil di dalam tim virtual. Tim virtual menderita kekurangan laporan sosial yang manusiawi akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya.
Robbins mencontohkan, perusahaan seperti Hewlett-Packard, Boeing, Ford, VeriFone, dan Royal Dutch/Shell menjadi pengguna utama tim virtual ini. VeriFone, contoh Robbins lebih lanjut, adalah perusahaan perakit mesin pembaca informasi kartu kredit, di mana penggunaan Tim Virtual dalam perusahaan ini memungkinkan 3000 karyawannya yang berlokasi di seluruh penjuru dunia, untuk kerja bersama mendesain proyek, merencanakan pemasaran, dan membuat presentasi penjualan. Lebih jauh, wakil presiden VeriFone menyatidakan “Kami tidak memindahkan orang. Jika seseorang nikmat tinggal di Colorado dan bisa melakukan pekerjaan dari sana, kenapa kami harus mengintimidasinya?”.      
Tim kerja dapat dikelompokan dalam beberapa tipe, antara lain:
a.       Tim Kerja Formal
Tim kerja formal biasanya merupakan bagian yang melekat dari struktur organisasi, dan relative permanen.
b.      Tim kerja Informal
Tim kerja informal biasanya berada di luar struktur organisasi formal, yang di bentuk untuk memecahkan masalah atau bekerja untuk suatu kegiatan organisasi yang spesifik. Tipe tim ini mempunyai dua bentuk yakni tim pemecah masalah dan tim pembagian tugas ( task force ).
C.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Teamwork
Hackman (1987:152), mendaftarkan lima faktor sebagai kebutuhan untuk perkembangan menjadi sukses dari team :
1.        Tujuan dan arah yang jelas.
Tim butuh tujuan untuk memusatkan untuk memusatkan tujuan mereka dan mengevaluasi kinerja mereka.
2.        Pimpinan yang baik.
Pemimpin dibutuhkan untuk mengatur hubungan internal dan eksternal dari tim dan untuk menghadapkan tim ke tujuan mereka.
3.        Tugas yang sesuai dengan teamwork.
Tugas harus kompleks, penting, dan menantang sehingga anggota tim memerlukan usaha dan tidak sanggup bekerja individu.
4.        Catatan kebutuhan untuk melakukan pekerjaan
Sumber penghasilan bahwa tim butuh memasukkan kedua sumber alat dan pelatihan dan sumber penghasilan personil.
5.        Lingkungan organisasi yang mendukung
Organisasi harus cukup bertenaga dan berwibawa untuk mengizinkan anggota tim untuk membuat dan melaksanakan keputusan mereka.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka kami  mengambil kesimpulan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi teamwork. Evaluasi dan penghargaan, hubungan sosial untuk memecahkan konflik internal, dukungan organisasi, tugas dan tujuan yang jelas, lingkungan organisasi, serta pemimpin yang berguna untuk memfasilitasi interaksi tim diperlukan untuk untuk menciptakan tim yang sukses.

D.    Karakteristik Teamwork
Menurut Tjiptono dan Diana (2000; 165-166) tim merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama. Tidak semua kumpulan orang dapat dikatakan tim. Untuk dapat dianggap sebagai tim maka sekelompok orang tertentu harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.        Ada kesepakatan terhadap misi tim
Agar suatu kelompok dapat menjadi tim dan supaya tim tersebut dapat bekerja dengan efektif, semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misisnya.
2.        Semua anggota mentaati peraturan tim yang berlaku.
Suatu tim harus mempunyai peraturan yang berlaku, sehingga dapat membentuk kerangka usaha pencapaian nilai. Suatu kelompok atau grup dapat menjadi tim manakala ada kesepakatan terhadap misi dan ketaatan tehadap peraturan yang berlaku.
3.        Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil
Keberadaan tim tidak meniadakan struktur dan wewenang. Tim dapat berjalan dengan baik apabila tanggung jawab dan wewenang dibagi dan setiap anggota diperlakukan secara adil.


4.        Orang beradaptasi terhadap perubahan
Setiap anggota tim harus saling dapat saling membantu dalam beradaptasi terhadap perubahan secara positif. Berdasarkan teori diatas maka, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa tidak semua kumpulan dapat dikatakan tim. Kesepakatan terhadap visi dan misi, menaati peraturan yang belaku, pembagian tugas dan wewenang yang adil serta beradaptasi terhadap perubahan merupakan karakteristik dari sebuah tim, sehingga team dapat dikatakan ideal.
Huszczo (1990 dalam Stott dan Walker, 1995:49), memberikan daftar karakteristik yang lebih luas dan memiliki penjelasan yang lebih kritis yang dapat membentuk dasar dari penilaian team yang sistematis, yaitu :
a.       Tujuan.
Arah harus jelas dan berhubungan dengan organisasi paling luas. Hal ini juga harus menjadi komitmen dari para anggota.
b.      Bakat.
Team harus memiliki bakat dan keterampilan yang melengkapi untuk tugas. Hal ini harus menjadi dorongan anggota untuk perkembangan selanjutnya.
c.       Tugas.
Para anggota harus mengerti tugas mereka dalam keikutsertaan untuk kesuksesan team. Mereka harus memiliki komitmen terhadap tugas-tugas tersebut dan kejelasan tentang kontribusi individu.


d.      Pelaksanaan.
Menjalankan pelaksanaan yang efektif dan berguna harus ada di dalam team. Pertemuan dan perencanaan harus efektif, dan para anggota harus mengetahu bagaimana membuat keputusan, mengatasi masalah, dan membagi serta menerima informasi sebagai sebuah team.
e.       Hubungan Interpersonal.
Para anggota team perlu untuk berhubungan baik dengan satu dengan yang lain, komunikasi dan memecahkan konflik. Mereka harus saling mendukung satu sama lain. Mereka harus menunjukkan perhatian sehingga level keterampilan semakin tinggi.
f.       Penguatan.
Sistem penguatan yang efektif dibutuhkan untuk peningkatan teamwork. Pada level personal, apresiasi harus tegas, dan ini sangat penting untuk pembentukan perilaku team. Organisasi juga bertanggung jawab untuk penguatan ini.
g.      Hubungan external.
Pembentukan hubungan external dengan lingkungan external harus ada, dan ini harus juga harus menjadi hubungan yang sehat dengan unit lain dalam organisasi itu sendiri. Team juga perlu untuk meninjau lingkungan tersebut untuk mengenali yang menyangkut ancaman dan kesempatan.


Berdasarkan teori-teori di atas, maka kami mengambil kesimpulan bahwa tujuan, bakat, tugas, pelaksanaan, hubungan interpersonal, penguatan, dan hubungan external digunakan sebagai dasar membentuk teamwork dalam suatu organisasi.

E.     Tahap Perkembangan Teamwork
Ada empat tahap perkembangan tim, yaitu :
1.        Undevelopment
Tahap undevelopment ini adalah tahap yang paling sering dijumpai pada suatu organisasi. Salah satu ciri dari tahap ini adalah :
a)         Terlihat sekelompok orang mengerjakan suatu tugas tetetapi mereka tidak bersepakat tentang bagaimana seharusnya mereka bekerja. Contohnya antara lain dalam rapat atau pertemuan lebih sering terjadi antrian lontaran  gagasan dan bukan diskusi. Gagasan yang sebenarnya bersifat membangun, tidak mereka utarakan. Mereka tidakut jika ‘gagasan itu’ akan mengganggu keseimbangan organisasi.
b)        Tidak melibatkan perasaan individu karena dianggap tidak pada tempatnya untuk membicarakan perasaan orang lain secara terbuka. Contohnya yaitu setiap orang sibuk dengan tugasnya masing-masing dan atasan yang membuat hampir semua keputusan. Sehingga roda organisasi menggelinding sesuai aturan dan prosedur dari atasannya. Perlu diketahui disini bahwa banyak tim yang tidak efektif menunjukkan ciri-ciri di atas, dan biasanya terjadi jika atasan memiliki kearifan, energi dan waktu untuk membuat semua keputusan. Ini bukan kerjasama kelompok yang benar, karena dengan cara ini kekuatan yang ada didalam tim tidak dimanfaatkan sehingga lebih terpusat pada pemimpinnya.
2.        Experimenting
Tahap ini dimulai ketika tim secara bersungguh-sungguh mulai meninjau ulang metode operasional yang berlaku selama ini. Pada tahap Experimenting, tim berkemauan untuk melakukan eksperimen dan uji coba. Mereka berani menghadapi berbagai kemungkinan dengan memasuki daerah yang belum dikenal.
Pada tahap perkembangan ini, bahwa berbagai masalah dihadapi dan dibahas secara lebih terbuka serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang lebih luas sebelum membuat suatu keputusan. Contohnya yaitu, suatu permasalahan pribadi dibicarakan secara terbuka, perasaan individu dipertimbangkan dan diselesaikan sampai tuntas.
Pada tahap ini walaupun tim telah menjadi lebih terbuka dan mempunyai potensi untuk menjadi lebih efektif, masih kurang untuk disebut sebagai tim yang efektif yang menghasilkan keuntungan.
3.        Consolidating
Setelah berhasil menyelesaikan masalah antar pribadi di tahap 2, tim mulai memiliki kepercayaan diri, keterbukaan dan dipercaya untuk mencoba cara kerjanya. Biasanya tim akan memilih cara kerja yang lebih sistematik atau bermetode. Aturan dan cara kerja yang kaku diubah dengan aturan baru yang disepakati bersama, dimana setiap anggota memiliki peran agar tujuan dapat dicapai. Walau hubungan antar pribadi telah mejadi lebih erat, mereka sadar akan pentingnya aturan-aturan dasar dan cara kerja yang akan dipakai oleh tim.
Bukti nyata dari tahap ini adalah cara untuk mencapai suatu keputusan, yaitu adanya kejelasan tujuan dari aktivitas atau tugas, adanya penetapan sasaran, pengumpulan informasi yang dibutuhkan, adanya kemauan memikirkan kemungkinan yang ada pada tim, adanya perencanaan rinci mengenai apa yang harus dilakukan, kemauan meninjau kembali hasil kerja dan menggunakannya sebagai dasar untuk memperbaiki cara kerja di masa yang akan datang. Hubungan antar pribadi yang lebih baik pada tahap 2 ini tetap dipertahankan, tetetapi mereka membangun aturan dasar dan cara kerja yang akan dipakai oleh tim.
4.        Mature
Setelah mengetahui penjelasan dari tahap 3, maka tersusunlah dasar bagi terbentuknya suatu tim yang matang. Keterbukaan, kepedulian dan peningkatan hubungan pribadi pada tahap 2 serta pendekatan yang sistematik dari tahap 3 merupakan modal dasar bagi terbentuknya tim yang benar-benar matang.
Fleksibilitas menjadi hal yang utama, karena setiap kebutuhan memiliki prosedur kerja yang berbeda. Seseorang tidak lagi khawatir untuk mempertahankan posisi mereka. Tim mengenali tipe kepemimpinan yang dibutuhkan saling percaya, jujur, terbuka dan pemimpin mengenali kebutuhan untuk melibatkan anggotanya.
Saling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim. Tim akan selalu bersedia untuk membantu tim lain yang mengalami kesulitan maupun yang belum sampai ke tahap mereka. Tetetapi lebih dari itu, tim ini adalah tempat yang menyenangkan dan membawa hasil.

F.       Faktor-Faktor Penghambat Kesuksesan Teamwork (Kerjasama Tim)
Seperti telah dijelaskan, sekumpulan orang belum tentu merupakan suatu tim. Orang-orang dalam satu kelompok tidak secara otomatis dapat bekerja sama. Seringkali tim tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan (Tjiptono dan Diana, 2000: 167-168). Beberapa aspek diantaranya adalah:
a.         Identitas Pribadi Anggota Tim
Suatu tim tidak dapat berjalan efektif bila anggotanya belum merasa cocok dengan tim tersebut.
b.        Hubungan Antar Anggota Tim
Agar setiap anggota dapat bekerja sama, mereka harus saling mengenal dan berhubungan.
c.         Identitas Tim di dalam Organisasi
Faktor ini terdiri dari dua aspek. Pertama, kecocokan tim di dalam organisasi. Aspek kedua adalah pengaruh keanggotaan dalam tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota di luar tim. Berdasarkan teori diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang membuat sebuah teamwork menjadi tidak ideal. Identitas pribadi anggota, hubungan antar anggota team, identitas team dalam organisasi merupakan beberapa faktor yang membuat team kerja menjadi tidak ideal dan menghambat kinerja team.

G.    Kunci Keberhasilan Teamwork
Pembentukan suatu tim tidak dengan sendirinya akan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu diperlukan upaya agar tim dapat mencapai misi dan tujuan pembentukannya. King (dalam Tjiptono dan Diana, 2000, 168-170), menganjurkan 10 strategi yang ia sebut Sepuluh perintah tim (ten team commandets) untuk meningkatkan kinerja suatu tim dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Kesepuluh strategi tersebut adalah:
a.         Saling ketergantungan
Saling ketergantungan diperlukan antara para anggota tim dalam hal informasi, sumber daya, pelaksanaan tugas, dan dukungan. Adanya saling ketergantungan dalam memperkuat kebersamaan tim
b.        Perluasan tugas
Setiap tim harus diberi tantangan, karena reaksi atau tanggapan terhadap tantangan tersebut akan membentuk semangat persatuan, kebanggaan, dan kesatuan tim.
c.         Penjajaran
Anggota tim harus siap menyisihkan sikap individualisnya dalam rangka mencapai misi bersama.
d.        Bahasa yang umum
Pemimpin tim harus mengusahakan penggunaan bahasa yang umum, karena biasanya anggota tim berasal dari departemen yang berbeda.


e.         Kepercayaan/ Respect
Dibutuhkan waktu dan usaha untuk memebentuk kepercayaan dan respect agar setiap anggota tim dapat bekerja sama.
f.         Kepemimpinan/ keanakbuahan yang dibagi rata
Setiap orang memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu pemimpin yang baik harus mengetahui bakat tertentu setiap anggota tim.
g.        Keterampilan pemecahan masalah
Tim harus menggunakan waktunya untuk membina kemampuan anggotanya dalam memecahkan masalah, karena masalah merupakan hal yang selalu dihadapi setiap organisasi.
h.        Keterampilan menangani konfrontasi/ konflik
Dalam lingkungan kerja yang high preasure dan kompetitif, konflik merupakan hal yang tak terelakkan. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Oleh karena itu diperlukan keterampilan dalam menerima perbedaan pendapat dan menyampaikan ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain.
i.          Penilaian/ tindakan
Penilaian dilakukan dengan memantau dan membandingkan apa yang telah dilakukan dengan pernyataan misi dan rencana tindakan yang ada. Rencana tindakan berisikan tujuan, sasaran, jangka waktu, dan penugasan, serta tanggung jawab setiap anggota.
j.          Perayaan
Kesuksesan yang dicapai suatu tim yang efektif dapat diperkuat dengan jalan merayakannya. Penghargaan dan pengakuan atas tugas yang terlaksana dengan baik akan memotivasi anggota agar bekerja lebih giat dan tangkas untuk mencapai tujuan berikutnya.
Berdasarkan teori diatas, maka kami menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi kunci keberhasilan dalam sebuah tim. Saling ketergantungan, perluasan tugas, penjajaran, bahasa yang umum, kepercayaan/respect, Kepemimpinan/ keanakbuahan yang dibagi rata, Keterampilan pemecahan masalah, Keterampilan menangani konfrontasi/ konflik, Penilaian/ tindakan serta perayaan merupakan beberapa kunci keberhasilan dari kerjasama tim.

H.    Dimensi Dalam Tim Kerja
Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas yang harus diemban oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi bagaimana para anggotanya merasakan tim sebagai sebuah unit sosial. Tugas yang harus diemban tim yaitu menjalankan seluruh program pelayanan yang sesuai dengan aturan organisasi yang baik, di mana dalam setiap tugas kerja selalu ada tujuan, strategi, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Semua akan efektif jika dikerjakan dalam sebuah tim kerja. Tetetapi tim kerja merupakan satu unit sosial yang mempengaruhi kerja tim. Dengan perkataan lain, di dalam tim terdapat interaksi sosial yang unik dan kompak.
Tim terdiri atas kumpulan individu yang memiliki perbedaan emosi, sosial, dan berbagai kebutuhan manusia, yang membuat tim secara keseluruhan dapat membantu atau bahkan membuat frustrasi. Hal ini disebabkan tim bukan saja berkumpul dan menjalankan tugas organisasi, tetetapi ada yang penting dan perlu mendapatkan perhatian, yakni relasi sosial dalam kebersamaan mereka sebagai sebuah tim kerja. Relasi antarpribadi yang akrab dan terbuka untuk bekerja dengan satu hati, satu pikiran dan satu kehendak, akan menolong tim kerja berjalan dengan efektif. Empat dimensi tim yang efektif :
Personal
(Who I Am)


 



Strategic                                                          Process
(What We Need To Do)                                   (How We Are Going To Do It)

Relational
            (How I Relate To Others)
Gambar 6. Empat dimensi yang efektif
1.             Dimensi Personal
a.         Tim yg efektif memiliki komitmen yg dalam satu dengan yang lain.
b.        Segenap tim saling menularkan anthusiasme.
c.         Setiap orang rindu memberi kontribusi demi mencapai tujuan bersama.
2.             Dimensi Relational
a.         Tim yang efektif berkomunikasi secara terbuka dan jujur.
b.        Mereka berkolaborasi dengan kesediaan untuk saling melengkapi demi mencapai tujuan bersama.
c.         Mereka memanage konfliks secara bijak.
3.             Dimensi Strategis
a.         Tim yang efektif fokus kepada visi yg menjadi pendorong untuk terus maju bersama.
b.        Mereka menyepakati dan mengikuti sasaran yang jelas.
4.             Dimensi Proses
a.         Tim yang efektif sangat terbuka terhadap perubahan.
b.        Mereka memiliki kesadaran yang kuat akan keterkaitan segenap anggota tim.












BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Fungsi dari tim yaitu dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai pribadi serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Sedangkan manfaat bekerja dalam tim yaitu untuk pengambilan keputusan, merundingkan, dan bernegosiasi. Tujuan bekerja dalam tim agar anggota memiliki visi dan misi yang sama dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara efesiensi dan efektif.  Perbedaan antara kelompok dan tim kerja yaitu kelompok tidak menghasilkan sinergy positif yang bisa menciptidakan seluruh tingkat kinerja yang lebih tinggi dari jumlah masukan sedangkan tim kerja menghasilkan sinergy positif melalui usaha yang terkoordinasi dalam menghasil satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.
Tim yang efektif memiliki berbagai karaketiristik umum. Apabila peningkatan kinerja organisasi dengan menggunakan tim, manajemen harus memastikan bahwa tim-timnya memiliki karakteristik-karakteristik. Dalam Tim kerja harus mempunyai Sembilan peranan yaitu
1.      Pencipta-pembaharu
2.      Penjelajah-Promotor
3.      Penilai-Pengembang
4.      Pendorong-Pengorganisasi
5.      Penyimpul-penghasil
6.      Pengawas-Pemeriksa
7.      Pemerkuat-Penasehat
8.      Pelapor-Penasehat
9.      Penaut
 Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas yang harus diemban oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi bagaimana para anggotanya merasakan tim sebagai sebuah unit sosial.

B.       Saran
1.      Meskipun teamwork  menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi, namun masih diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab dalam keorganisasian.
2.      Teamwork tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, perbedaan cara kerja dalam tiap anggota tim harus ditanggapi dengan positif.







DAFTAR PUSTAKA

Francis, D. and Young, D. 1979. Improving Work Group: a Practical Manual for Teambuilding. California : university Associates.
Huszco, G. 1990. Training for Teambuilding. Training and Development Journal, 44 (2), hal 37-43.
Johnson, D. and Johnson, F. 1991. Joining Together : Group Theory and Group Skills. New Jersey : Prentice Hall.
Robbins, Stephen P (2008), Organizational Behavior, Concept, and Application, 12th Edition, Prentice Hall, USA.
Tarkenton, F. 1986. Tarkenton on Teambuilding. Management Solution.



Demikianlah Artikel Tentang Makalah Team Work

Semoga dengan membaca artikel Makalah Team Work ini, bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel kami yang lainnya. Dan jangan lupa di share yaa

Anda sekarang membaca artikel Makalah Team Work dengan alamat link https://patihakbar.blogspot.com/2015/07/makalah-team-work.html
Previous article
Next article

Leave Comments

Post a Comment

Kami memiliki kebijakan dalam berkomentar di blog ini :

- Dilarang promosi suatu barang
- Dilarang jika memasang link aktif di komentar
- Dilarang keras promosi iklan yang berbau judi, pornografi dan kekerasan
- Dilarang menulis komentar yang berisi sara atau cemuhan

Kebijakan komentar yang bisa Anda temukan selengkapnya disini

Dukungan :

Jika menyukai dengan artikel blog kami, silahkan subscribe blog ini

Ads Post 4