Sejarah
Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup
Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup - Hallo sahabat Situs Pendidikan Masa Kini - Patih Akbar, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel
Sejarah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. dengan mudah, selamat membaca.
Judul : Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup
link : Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup
Anda sekarang membaca artikel Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup dengan alamat link https://patihakbar.blogspot.com/2015/02/asal-usul-bumi-dan-makluk-hidup.html
Judul : Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup
link : Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup
Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup
Bumi kita yang terhampar luas ini diciptakan Tuhan Yang Maha Pencipta untuk kehidupan dan kepentingan hidup manusia. Dibumi ini hidup berbagai flora dan fauna serta tempat bersemainya manusia dengan keturunannya. Di bumi ini kita bisa menyaksikan keindahan alam, kita bisa beraktivitas dan berikhtiar memenuhi kebutuhan hidup kita. Namun harus dipahami bahwa bumi kita juga sering menimbulkan bencana. Sebagai contoh munculnya aktivitas lempeng bumi yang kemudian melahirkan gempa bumi baik tektonis maupun vulkanis, bahkan sampai menimbulkan tsunami. Sebagai contoh tentu kamu masih ingat bagaimana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh, gempa bumi di Yogyakarta, di Papua dan beberapa di daerah lain, termasuk beberapa gunung berapi meletus. Bencana tersebut telah mengakibatkan ribuan nyawa hilang dan harta benda melayang.
Fenomena alam yang terjadi itu merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas panjang bumi kita sejak proses terjadinya alam semesta ratusan bahkan ribuan juta tahun yang lalu. Proses tersebut secara geologi mengalami beberapa tahapan atau pembabakan waktu. Berikut ini kita mencoba menelaah tentang pembabakan waktu alam secara geologis dan bagaimana kepulauan Indonesia terbentuk.
Ada banyak teori dan penjelasan tentang penciptaan bumi, mulai dari mitos sampai kepada penjelasan agama dan ilmu pengetahuan. Kali ini kamu belajar sejarah sebagai cabang keilmuan, pembahasannya adalah pendekatan ilmu pengetahuan, yakni asumsi-asumsi ilmiah, yang kiranya juga tidak perlu bertentangan dengan ajaran agama. Salah satu diantara teori ilmiah tentang terbentuknya bumi adalah teori “Dentuman Besar” (Big Bang), seperti dikemukakan oleh sejumlah ilmuwan dan ahli yang mutakhir seperti Ilmuwan besar Inggris, Stephen Hawking. Teori ini menyatakan bahwa semesta alam mulanya berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh ruang jagad raya. Jika digunakan teleskop besar Mount Wilson untuk mengamatinya akan terlihat ruang jagad raya itu luasnya mencapai radius 500.000.000. tahun cahaya. Gumpalan gas itu suatu saat meledak dengan suatu dentuman yang amat dashyat. Setelah itu, materi yang terdapat di alam semesta mulai berdesakan satu sama lain dalam kondisi suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya tersisa energi berupa proton, neutron dan electron, yang bertebaran ke seluruh arah.
Ledakan dahsyat itu menimbulkan gelembung-gelembung alam semesta yang menyebar dan menggembung ke seluruh penjuru, sehingga membentuk galaksi-galaksi bintang-bintang, matahari, planet-planet, bumi, bulan dan meteorit. Bumi kita hanyalah salah satu titik kecil saja diantara tata surya yang mengisi jagad semesta. Disamping itu banyak planet lain termasuk bintang-bintang yang menghiasi langit yang tak terhitung jumlahnya. Boleh jadi ukurannya jauh lebih besar dari planet bumi. Bintang-bintang berkumpul dalam suatu gugusan, meskipun antar bintang berjauhan letaknya diangkasa. Ada juga ilmuwan astronomi yang mengibaratkan galaksi bintang-bintang itu tak ubahnya seperti sekumpulan anak ayam, yang tak mungkin dipisahkan dari induknya. Jadi, dimana ada anak ayam, disitu ada induknya. Seperti halnya dengan anak-anak ayam, bintang-bintang di angkasa tak mungkin gemerlap sendirian tanpa disandingi oleh bintang lainnya. Sistem alam semesta dengan semua benda langit sudah tersusun secara menakjubkan dan masing-masing beredar secara teratur dan rapi pada sumbunya masing-masing.
Selanjutnya proses evolusi alam semesta itu memakan waktu kosmologis yang sangat lama sampai berjuta tahun. Terjadinya evolusi bumi sampai adanya kehidupan memakan waktu yang sangat panjang. Ilmu Paleontologi membaginya dalam enam tahap waktu geologi. Masing-masing ditandai oleh peristiwa alam yang menonjol, seperti munculnya gunung-gunung, benua dan makluk hidup yang paling sederhana. Proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut :
1. Azoikum (Yunani : a = tidak; zoon = hewan), yaitu zaman sebelum adanya kehidupan. Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan suhu yang relative tinggi. Waktunya lebih dari satu miliar tahun lalu
2. Palaezoikum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan fosil flora dan fauna. Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.
3. Mesozoikum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan mamalia (menyusui), hewan amfibi, burung dan tumbuhan berbungan mulai ada. Lamanya kira-kira 140.000.000 tahun
4. Neozoicum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini dapat dibagi lagi menjadi dua tahap (tersier dan Quarter), zaman es mulai menyusut dan makluk-makluk tingkat tinggi dan manusia mulai hidup.
· Zaman tersier
Setelah zaman reptile raksasa punah, terjadi perkembangan jenis kehidupan lain, seperti munculnya primate dan burung tak bergigi besar yang menyerupai burung unta. Sementara itu, muncul fauna laut. Seperti ikan dan moluska, sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang. Sedangkan tumbuhan berbunga teurs berevolusi menghasilkan banyak variasi, seperti semak belukar, tumbuhan merambat, dan rumput
· Zaman kuarter
Pemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan terjadi silih berganti, seiring dengan perubahan cuaca secara global. Zaman kuarter terdiri dari dua kurun waktu, yakni sebagai berikut.
Ø Kala Pleistosen, dimulai sekitar 600.000 tahun yang lalu
Pada masa plesitosen paling sedikit telah terjadi 5 kali zaman es (zaman glasial). Pada zaman glasial, sebagian besar Eropa bagian utara, Amerika bagian utara, dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu pula dengan Pengunungan Alpen dan Himalaya. Keadaaan Flora dan Fauna yang hidup sekarang. Dengan kehidupan manusia purba, pada kala inilah muncul manusia purba Pithecantropus Erectus.
Ø Kala Holosen, muncul sekitar 200.000 tahun yang lalu.
Manusia modern, seperti manusia sekarang diperkirakan muncul pada kala Holosen ini.
v Terbentuknya Kepulauan di Indonesia
Secara umum, kendati telah memungkinkan muncul dan berkembangnya manusia purba pertama keadaan alam (bumi) pada kala Plesitosen (masa Neozoikum) belum sepenuhnya stabil. Meski demikian, perkembangannya jauh lebih baik dibandingkan masa-masa yang sebelumnya.
Ketidakstabilan itu disebabkan oleh tiga factor utama, yaitu adanya perubahan bentuk daratan akibat tenaga (gerakan) endogen dan eksogen; perubahan iklim perubahan iklim berupa es yang ,mencari dan/ atau membeku yang mengakibatkan perubahan suhu bumi dan luas daratan, itulah alasannya kala Plesitosen disebut juga zama es atau zaman glasial, dan letusan gunung api.
Gabungan ketiga factor tersebut, terutama gerakan (tenaga) endogen berupa pergerakan lempeng tektonik, juga ikut membentuk kepulauan Indonesia seperti yang kita diami sekarang ini.
1. Tenaga Endogen : Pergerakan Lempeng Tektonik
Pergerakan lempeng tektonik diyakini memberikan pengaruh paling besar terhadap terbentuknya kepulauan Indonesia.
Ketidakstabilan akibat pergerakan lempeng tektonik itu sudah dimulai pada masa Mesozoikum sekitar 60 juta tahun yang lalu, dan terus berlanjut pada masa Neozoikum. Dengan demikian, terbentuknya kepulauan Indonesia dimulai sekitar 60 juta tahun yang lalu. Sebelumnya, wilayah yang disebut kepulauan Indonesia masih merupakan bagian dari samudera yang sangat luas yang meliputi hampir seluruh bumi.
Ada tiga lempeng yang membentuk kepulauan Indonesia, yaitu lemperng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Disamping itu, ada juga lempeng Filiphina yang lebih kecil. Masing-masing lempeng memiliki arah gerakan yang berbeda.
Lempeng Eurasia yang berada dibagian utara Indonesia bergerak ke arah timur Indonesia, dan lempeng Pasifik ke arah barat daya Indonesia. Sementara itu lempeng Filiphina bergerak ke arah barat daya Indonesia. Kecepatan gerakan lempeng berkisar antara tahun 7 tahun 9 cm per tahun
Kegiatan tektonis atau disebut orogenesa laramy itu sangat aktif menggerakkan lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pergerakan itu kemudian bertemu pada satu zona tumbukan yang disebut zona Subduksi. Tumbukan pada zona subduksi itu membuat daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan lainnya. Sebagian diantaranya bergerak ke selatan membentuk Pulau Sumateram Jawa, Kalimantan, Sulawesi, serta pulau di nusa tenggara dan Pulau Banda. Hal yang sama juga terjadi pada benua Australia. Sebagian pecahannya membentu pulau timor-timur, kepulauan Nusa tenggara Timur, dan sebagian Maluku tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat stabil
Proses yang berlangsung selama berpuluh juta tahun itulah yang membentuk gugusan kepulauan Indonesia hingga menjadi seperti sekarang ini.
Pergerakan subsduksi antara dua lempeng juga menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi dan parit (palung) samudera. Subduksi antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, misalnya, menyebabkan terbentuknya deretan gunung api yang tak lain adalah bukit barisan di Pulau Sumatera dan deretan gunung berapi yang tak lain adalah bukit barisan di Pulau sumatera dan deretan gunung berapi disepanjang pulau jawa, bali dan Lombok, serta parit samudera yang tak lain adalah parit Jawa (Sunda).
2. Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing yang terbentuk karena proses gerakan endogen terkikis oleh angina, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi.
Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber :
Ø Atmosfer
Perubahan suhu dan angin
Ø Air
Aliran air, siraman hujang, hempasan gelombang laut, gletser, dan sebagainya.
Ø Organisme
Jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
3. Perubahan Iklim
Perubahan iklim ebrupan turunnya permukaan laut sekitar 60-70 meter dibawah muka semula karena bagian terbesar air di dunia membeku (zaman glasial), terutama dibagian bumi utara dan selatan. Laut yang dangkal itu kemudian berubah menjadi daratan.
Kondisi yang berlangsung pada kala Plesitosen antara tahun 3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu ini disebut juga dengan zaman es atau zaman glasial. Disebut zaman glasial karena bumi pada saat itu temperaturnya menjadi sangat rendah dan gletser yang berada diwilayah kutub utara mencair hingga menutupi sebagian benu-benua besar seperti Asia, Eropa, dan Amerika. Selanjutnya, pecahan-pecahan es tersebut menyebar kedaerah-daerah sekeliling benua tersebut. Meluasnya permukaan es menyebabkan turunnya permukaan air laut. Turunnya air laut sampai mencapai kedalaman antara 100-150 meter dari permukaan semula memunculkan daratan baru, yang memudahkan makluk hidup berpindah tempat dalam rangkat mendapatkan makanan dan mempertahankan hidup.
Pada kala Plesitosen, bagian barat kepulauan Indonesia yang sudah mulai sudah stabil pernah terhubung dengan daratan Asia Tenggara, sedangkan bagian timur seperti pulau Papua dan sekitarnya pernah terhubung dengan daratan Australia. Daratan di wilayah barat yang menghubungkan Indonesia dengan daratan Asia Tenggara kemudia disebut paparan Sunda (Sunda Shelf), sedangkan di wilayah timur daratan yang menghubungkan pulau Papua dan pulau-pulau disekitarnya dengan Australia disebut Paparan Sahul (sahul shelf).
Hal ini dibuktika dengan hasil kajian yang dikembangkan oleh A.R. Walllaceyang menyelidiki tentang persebarang fauna (zoogeografi) di kepulauan Indonesia. Fauna yang terdapat di daerah paparan Sunda, yaitu daerah jawa , Sumatra, dan Kalimantan, mempunyai kesamaan dengan fauna yang terdapat di daratan Asia. Adapun fauna di paparan Sahhul, yaitu daerah Papua (irian) dan sekitarnya mempunyai kesamaan dengan fauna yang terdapat di Australia. Wallace menyimpulkan bahwa selat Lombok merupakan garis yang membagi dua jenis daerah zoografi di Indonesia. Disebelah barat garis tersebut terdapat fauna Asia, sedangkan di timurnya terdapat fauna Australia. “garis pemisah fauna ini kemudia oleh Huxley diberi nama “garis Wallace”. Selanjutnya menurut Wallace, persebaran itu menjangkau lebih jauh ke arah utara, yaitu mulai dari selat Lombok hingga keselat Makassar dan terus lagi keutara melewati selat antara kepulauan Sangir dan Mindanao (Filiphina).
Akan tetapi, dalam perkembangannya terjadi lagi kenaikan suhu bumi. Hal ini mengakibatkan mencairnya es di kuutub utara, yang membentuk lautan luas dan membuat sebagian dataran rendah yang telah terbentuu tadi tenggelam kembali. Maka, dataran-dataran yang mengubungkan Indonesia dengan Australia, ataupun yang menghubungkan Indonesia dengan Asia Tenggara pun turut tenggelam. Dengan demikian, wilayah Indonesia bagian barat terpisah denag Asia Tenggara dan bagian timur terpisah dengan Australia.
Terjadinya perubahan alam di dunia ini memunculkan banyak teori tentang kemunculan manusia purba di Indonesia. Ilmuwan Belanda Eugene Dubois berpendapat bahwa manusia purba menyukai hidup di daerah tropis yang iklimnya mulai stabil. Pendapat ini dibuktikan dengan beberapa penemuan fosil manusia purba di Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
4. Tenaga Vulkanik (Gunung Api)
Lempeng tektonik berupa massa batuan yang sangat besar, oleh karena itu energinya besar pula. Lempeng-lempeng yang terus bergerak ini pada suatu saat mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Benturan ini dapat menimbulkan gempa, tsunami, dan meningkatkan kenaikan magma ke permukaan bumi. Itulah juga sebabnya kepulauan Indonesia rentan mengalami kejadia gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami.
Daftar Pustaka
- Poesponegoro, Marwati Djoened, dkk. Sejarah Nasional Indonesia 1. Jakarta: Balai Pustaka 2008.
- Hapsari, Ratna, dkk. Sejarah Indonesia untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga. 2014.
- Winarno, dwi, dkk. Sejarah Indonesia untuk SMA kelas X. Jakarta: Quadra, 2014.
- Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sejarah Indonesia untuk SMA kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.
- Badrika, I Wayan. Sejarah untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga, 2006.
Demikianlah Artikel Tentang Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup
Semoga dengan membaca artikel Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup ini, bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel kami yang lainnya. Dan jangan lupa di share yaa
Anda sekarang membaca artikel Asal-Usul Bumi dan Makluk Hidup dengan alamat link https://patihakbar.blogspot.com/2015/02/asal-usul-bumi-dan-makluk-hidup.html
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment
Kami memiliki kebijakan dalam berkomentar di blog ini :
- Dilarang promosi suatu barang
- Dilarang jika memasang link aktif di komentar
- Dilarang keras promosi iklan yang berbau judi, pornografi dan kekerasan
- Dilarang menulis komentar yang berisi sara atau cemuhan
Kebijakan komentar yang bisa Anda temukan selengkapnya disini
Dukungan :
Jika menyukai dengan artikel blog kami, silahkan subscribe blog ini